Jumat, 31 Januari 2014

DIAM SEBENTAR



Ssttt... Diamlah sebentar.
Cinta sejati hanya bisa didengar justeru dalam senyap.Di
Bukan gegap gempita kalimat, yang mengaburkan makna.
Dan kita tertipu oleh tampilannya.

Ssttt... Ayo duduk sejenak.
Cinta sejati hanya bisa dikenali saat sepi.
Diperhatikan dengan seksama, dalam kesadaran diri paripurna.
Bukan berisik teriak-teriak 'Aku cinta kamu'.
Hanya untuk esok lusa kita meratap kencang-kencang sebaliknya.

Ssttt.... Bisakah kita diam dulu?
Agar cinta sejati menunjukkan siapa diri sebenarnya.
Apakah yang ini, atau yang itu, atau mungkin yang lain lagi.
Dan kita harus menunggu dan bersabar.

Karya, Tere Liye



Rabu, 29 Januari 2014

SENJA




SENJA



Dan sampai kapanpun kenangan itu tak akan pernah hilang. Aku akan selalu menikmati dan melihat senja seperti aku akan selalu mengenang dan selalu merindukanmu.












Betapa besar nikmat yang harus kita syukuri. Begitu banyak keindahan di dunia ini. Anugerah ciptaan Tuhan yang salah satunya adalah sisi keindahan alam setiap senja yang dapat dinikmati lewat cahayanya saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat.
            Dan kini senja telah tiba, matahari telah kembali keperaduanya, merekah cahaya kemilau di ufuk barat sana. Senja kali ini hanya bisa aku nikmati lewat jendela kamar ku. Tamu bulanan ku datang dan mengacaukan rutinitas soreku. Tidak seperti biasanya, aku tidak jalan-jalan untuk menikmati senja. Waktu yang paling aku sukai untuk merenungkan semua hal. Rasanya hidup itu terasa semakin indah saat menikmati senja.
            Nadia, dia adalah salah satu senja kehidupanku. Tempat mencurahkan semua hal tentang keluh kesahku. Hampir satu tahun lebih bersahabat dengannya, dia telah benar – benar terpatri dalam jiwaku. Dia selalu membawa canda dan tawa. Dia selalu melindungi dan memahamiku. Kami bersahabat sejak kelas satu SMA, dan kini kami terus bersama berbagi dan saling melengkapi menjalani masa – masa SMA yang penuh dengan warna. Dan kami selalu menikmati senja bersama.
            Nadia adalah gadis tomboy yang penuh semangat, ceria dan selalu bikin heboh. Dia lah yang selalu memotivasiku agar terus bermimpi kuliah di inggris. Inggris adalah negara yang paling ingin aku kunjungi. Negara yang selalu aku kagumi lewat tulisan – tulisan yang aku baca.
“ kalau kau tidak yakin dengan dirimu sendiri, bagaimana munkin kau raih mimpimu? Ingat, aku akan selalu menemanimu “
Dia selalu berkata seperti itu saat aku bilang itu adalah mimpi yang terlalu tinggi untuk ku raih. Aku yakin orang tuaku juga akan mendukung tapi aku selalu ragu dengan kemampuanku sendiri.
            Kini ditahun kedua aku memiliki cerita berbeda. Cerita cinta dengan seorang kakak kelas. Kami tidak sengaja bertabrakan ketika aku berlari ketoilet dan dia menuju parkiran. Dia adalah cowok pertama yang membuat ku tertarik karena selama satu tahun terakhir aku hanya menghabiskan waktuku dengan Nadia. Sejak tabrakan tak disengaja itu, aku terus memikirkannya. Berharap bertemu lagi dan saling menyapa. Senyum manisnya yang tak bisa aku lupakan. Saat dia tersenyum meminta maaf.
            Dua hari setelah kejadian itu, ada seseorang kakak kelas cewek yang melabrak aku. Cewek itu mengatakan bahwa aku cewek genit karena mengganggu cowoknya. Dia juga mengancam akan mempermalukanku kalau aku mendekati Andri. Aku hanya terheran-heran, bagaimana munkin dia berkata seperti itu? Apa dia tidak salah orang? Kenal pun tidak. Dan, Andri? Siapa dia?. Aku hanya memilih diam karena aku benar – benar malu dikatakan seperti itu di depan kantin yang penuh anak-anak.
            Setelah kejadian itu aku langsung kembali kekelas dan menceritakannya pada Nadia. Nadia langsung naik darah dan menarikku untuk mengantarkannya pada cewek tadi. Aku melarangnya karena aku tidak mau cari masalah. Aku hanya sekedar ingin cerita, mengurangi kekesalanku. Tapi sepertinya Nadia tidak perduli dengan alasanku.
           “ kamu kira dia itu siapa marah-marah tidak jelas begitu? Kalau kamu tidak mau mengantar, aku akan lapor BP “ ancamnya. Dan aku tidak punya pilihan lain.
           Sesampai dikantin aku lihat cewek yang baru melabrakku sedang tertawa cekikikan bersama teman – temanya. Dan dengan sangat emosi Nadia memukul meja tempat mereka makan.
           “ hai sundel, berani-beraninya kamu marahin sahabatku, hah? Emangnya siapa kamu? “ Nadia berbicara sambil menunjuk wajah cewek itu.
           “ jangan ikut campur kamu! Kamu itu yg siapa? Jelas-jelas cewek itu mau merebut cowokku?! “ sambil menunjuk ke arahku.
           “ jangan sembarangan kalau bicara, mana buktinya? Sahabatku tidak dekat dengan cowok manupun. Apalagi ngerebut cowok kamu! “
           “ jangan munafik! Kamu kira aku….. “ cewek itu tidak melanjutkan kata-katanya. Dia melihat seeorang. Aku dan Nadia mengikuti pandanganya. Dua orang cowok berjalan menuju arah kantin.
           “ semua ini belum selesai “ kata cewek itu kemudian pergi.
Ternyata salah satu dari cowok itu adalah cowok yang bertabrakan denganku. Aku langsung mengerti sikap cewek tadi. Dan tiba-tiba aku merasa sesak. Aku kecewa. Ternyata cowok itu sudah punya cewek tapi kenapa ceweknya harus kabur begitu melihatnya.
           “ hai, kamu cewek kemarin yang… “ cowok manis itu menyapaku ketika berpapasan dan melihatku
           “ iya” dia belum selesai dengan kalimatnya aku langsung spontan menjawabnya.
           “ kamu anak kelas 2IPA2 kan? Ehm.. kamu Putri ya ? “ dia bertanya sambil tersenyum dan aku melihat senyum manis itu lagi.
           “ emm.. iya “ Tuhan bagaimana dia tahu, batinku.
           “ aku Andri, anak 3IPA1 dan ini temenku farhan, satu kelas sama aku “ dia mengulurkan tangannya.
“ owh yah.. aku putri dan… ini temanku Nadia, dia juga satu kelas sama aku “ aku mengulurkan tangan juga dan menolek kearah nadia. Nadia tidak menyahut apa-apa dan malah menarikku.
“ ayo” ucapnya sambil menarik tanganku. Dan aku menoleh pada Andri sambil tersenyum tanda pamitku.
***
           Sesampai dikelas Nadia diam seribu bahasa. Sedangkan aku ngoceh sendiri karena kegirangan bertemu cowok kemarin yg kini ku tahu namanya, Andri.
Kak Andri tau dari mana ya namaku? Uda gitu dia juga ngerti kelasku.... aku yakin cewek tadi itu bukan ceweknya kak Andri, buktinya kenapa cewek itu pergi waktu ngeliat kak Andri
           “ hemmm aku penasaran ne...” celotehku pada Nadia tapi tidak dapat respon
           “ kamu napa si Nad?” tanyaku
           “ sejak kapan kamu kenal cowok itu? kok ga’ pernah cerita? Dan sejak kapan kamu jadi suka gangguin cowok orang?” tuduhnya
Lama aku terdiam, shock dengan tuduhannya, rasanya pikiranku tak terlatih untuk mendengar kata-kata kasar dari Nadia, sahabatku. Setelah tersadar dalam perang pikiranku sendiri aku berkata “ Nad, kamu ngomong apa? “ aku ingin mendengar kata-kata itu lagi.
           “ pertanyaanku belum jelas apa? “ jawabnya sewot
           “ sudahlah... aku mau kekamar mandi “ dia meninggalkanku yang kebingungan
***
           Sepulang sekolah aku mendapat kejutan, Andri sedang menungguku untuk mengajak pulang bareng. Tanpa pikir panjang aku pun mengiyaka ajakannya.
           “aku pelanin saja ya nyetirnya? Kamu ga’ buru-buru kan?” tanyanya.
           “ ga’ kok kak. Palingan nyempek rumah aku bobok siang” jawabku senang.
Kami benar-benar menikmati perjanan pulang itu. Dan dalam perjalanan pulang itu aku banyak bertanya tentang dia dan rasa penasaranku terjawab. Ternyata cewek yang melabrak aku itu bukan ceweknya melainkan cewek satu kelas yang suka sama dia. Andri tanya-tanya tentang aku sama temen-temennya dikelas dan cewek itu denger. Dari tanya-tanya itulah dia tahu nama dan kelasku. Sesampai dirumah aku kaget, ada Nadia dikamar dengan wajah merah padam.
           “ dari mana ja? Mentang-mentang  punya cowok, skrg kamu lupain sahabat kamu?!”
           “ kamu ngomong apa Nad, dia bukan cowokku. Dia Cuma kakak kelas. Kenapa kamu marah seperti ini? Kak Andri cuma nganterin aku pulang “ aku berusaha jelasin
           “ kenapa kamu tidak pamit sama aku? Aku bingung nyariin kamu “ dia semakin emosi
           “ kamu kenapa Nadia? Dulu-dulunya enak aja kalau aku pulang duluan karena kamu mang ada ekskul basket. Trus napa skrg jd marah kayak gini? Lagian apa aku harus laporan tiap waktu sama kamu? “ jawabku kebawa emosi
           “ sekarang kamu berubah Put, kamu berubah.. “ dia langsung pergi
           “ Nad! Nadia....! mau kemana? Kita belum selesai bicara! “ teriakku tapi Nadia tetap saja menjauh tanpa memperdulikan omonganku.
***
           Besoknya Nadia tidak masuk sekolah. Aku nelfon tapi Hpnya tidak aktif. Aku benar-benar tidak mengerti dengan sikapnya. Kenapa tiba-tiba dia berbicara seperti itu? bukannya dia yang berubah?
           Pikiran tentang Nadia tak begitu lama mengganggu pikiranku karena aku terlalu sibuk memikirkan kak Andri, dia begitu perhatian dan membuatku merasa jadi cewek paling bahagia hari ini. Seharian disekolah aku bersama dia.
           Dalam tidurpun aku tak henti-hentinya memimpikannya. Aku sedang terkena virus.. paling berbahaya bagi para pelajar karena selain membuat orang gila, virus ini membuat pelajaran menjadi tak menarik lagi. Buku biologi yang aku pegang dari tadi cuma formalitas agar orang tuaku mengira aku sedang belajar. Gambar tengkorak dalam bab sistem saraf manusia berubah seolah jadi wajahnya. Aku benar-benar frustasi karena perasaan ini.
           Aku baru tersadar saat aku melihat foto di meja riasku, Nadia! Aku tidak tahu kabarnya seharian ini. Aku coba telfon dia tp tetap tidak aktif. Aku bingung kenapa dia tdk menghubungiku sama sekali, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Kemudian aku memutuskan menelfon kerumahnya tapi mamanya bilang kalau Nadia sudah tidur karena kecapean seharian ini banyak kegiatan. Nadia... kamu kenapa?
***
            Hari berikutnya, didalam kelas sebelum pelajaran dimulai, Nadia aneh sekali. Tiba-tiba saja dia datang dengan senyum mengembang, memelukku dan merencanakan minggu ini kepantai untuk menikmati senja kesukaan kami di tempat yang tak biasa. Seakan kemarin tidak terjadi apa-apa. Dia terus tersenyum dan menceritakan rencananya. Tak memperdulikan tatapan anehku.
“Nad, kamu kemarin kenapa? “ potongku di sela-sela rencananya.
“aku cuma sedikit pusing kemarin jadi aku agak sensi “ jawabnya enteng.
“terus kenapa kamu tidak mau menjawab telfonku? Kenapa kamu tidak menghubungiku? Apa kamu ga’ mikir, aku menghawatirkanmu? “ tanyaku marah
Dia diam dan menatapku. “ kenapa? “ paksaku
“sebenarnya aku tidak suka kamu deket ma cowok“ jawabnya datar.
“tapi kenapa? Ayo lah cerita, apa kamu tidak menganggapku sahabatmu lagi? “ protesku
Dia menunduk dan diam. Ku raih tanganya. “ kenapa Nad? Andri itu baik kok. Sungguh. Aku banyak cerita tentang persahatan kita sama dia “.
maafkan aku. Aku hanya trauma dengan cowok. Aku pernah disakiti dan aku tidak bisa melupakan hal itu. maaf karena telah membuatmu khawatir dan aku tidak jujur sama kamu. Maafkan aku “ sesalnya
“ iya tidak apa-apa. Yang perlu Nadia tahu, tidak semua cowok seperti itu. Andri baik banget, dia cowok yang sangat perhatian “
“ iya. Aku ngerti. Mulai sekarang aku tidak akan seperti ini lagi “ semangatnya keluar lagi
“ nah gitu donk.. ayo kekantin “ aku pun tertular semangatnya
***
            Setelah dapat restu dari Nadia, kini aku semakin dekat dengan Andri. Dan puncaknya ketika dia menembakku di acara party at night yang diadain kelasnya Andri. Aku gugup banget waktu itu, aku benar-benar seneng. Sebelum aku menjawab, aku coba mencari sosok Nadia diantra kerumunan temen-temen tapi aku tak melihatnya. Dengan hati yang sudah meluap – luap karena saking bahagianya, aku pun menjawab IYA AKU MAU.
            Detik berganti menit, menit berganti jam dan jampun berganti hari. Begitu seterusnya. Semakin banyak waktu yang aku habiskan dengan Andri tapi sesempat munkin aku juga jalan dengan Nadia. Sekarang dia mulai agak pendiam, selalu kelihatan pucat dan beberapa kali tidak masuk sekolah. Setiap kali aku tanya jawabnya selalu sama “ ga’ ada apa-apa kok, tenang ja.. Putri percaya kan sama aku? “
Dan ketika dia sudah bicara seperti itu, aku cuma diam karena aku memang percaya sama dia. Nadia sosok yang aku kagumi, tak pernah nangis, selalu penuh semangat dan sosok sahabat yang sempurna buatku.
***
Senja kali ini terasa beda. Seakan matahari ingin secepatnya tenggelam karena telah lelah seharian menyinari bumi. Selelah hatiku yang tak mengerti akan perubahan Nadia. Tiba-tiba saja Aku sangat  merindukannya, rindu akan sosoknya yang dulu kukagumi. Ada apa dengannya? Akankah dia baik-baik saja?.
Malam ini aku putuskan kerumah Nadia tanpa memberi tahunya. Dan sesampai disana, aku benar-benar melihat sosok Nadia yang lain. Dia lemas tak ada gairah hidup, matanya cekung seperti kekurangan tidur dan paling parah dan baru aku sadari, Nadia bertambah kurus. Aku benar-benar khawatir melihat kondisinya.
“ Nad, kamu kenapa? Kamu sakit? Ayo lah.. jangan bersikap seperti ini sama aku! Apa kamu sudah tidak menganggap aku sahabat kamu lagi? Ayo cerita…. “ protesku dengan nada manja karena Nadia biasanya luluh saat aku bersikap seperti itu. Dan sepertinya tidak berlaku kali ini. Nadia tetap diam seribu bahasa. “ Nad, aku kangen dengan Nadia yang dulu, Nadia yang penuh semangat! Kamu kenapa Nad? Aku mohon jawab aku! Cerita kalau ada masalah. Ingat, kita sahabat. Apapun yang terjadi kita hadapin bareng. Masih ingat kan dengan janji itu?” Nadia tetap tak bergeming  “ Nad aku mohon hargai aku! Cerita kamu kenapa? Aku kangen Nadia yang dulu….” Aku mulai menangis dan tiba-tiba… “ kamu masih perduli sama aku? Kamu kira kamu tidak berubah? Aku juga kangen dengan Putri yang dulu… yang selalu membutuhkan aku! Kamu kira kamu sudah hargai aku? Mana? Kamu telat balas sms, ga’ pernah nelfon, dan janji kamu mana? Kita sudah lama sepakat akan menikmti senja bareng, mana? Kamu yang berubah! Kamu sudah bukan Putri yang dulu! Aku benci sama kamu! Pergi dari kamarku! Pergi!!!!! “ aku seperti mendengar Guntur, Nadia tidak pernah seperti ini, dia bicara dengan nada tinggi sambil menangis dan mengacung acungkan telunjuknya diwajahku dan yang paling parah, dia mengusirku…. Ini tidak pernah terjadi. Aku tidak tau harus berbuat apa, aku tidak biasa menghadapi Nadia seperti ini, tanpa sadar aku bangun dari dudukku berlari sambil menangis. Aku tidak kuat melihat Nadia seperti itu.
***
Sesampai dirumah aku terus menangis. Ini adalah malam paling melelahkan. Pertama kalinya aku menagis karena Nadia. Aku benar-benar tidak mengerti dengan sikapnya. Kenapa dia semarah itu? Padahal seharusnua dia mengerti kalau sekarang aku sudah punya pacar jadi aku harus membagi waktu untuk dia dan Andri. Aku tidak merasa separah apa yang dikatakan Nadia, meski telat balas smsnya itu karena aku telat buka smsnya dan itupun tidak sering. Nelfon tidak pernah karena sekarang kami lagi disibukkan dengan persiapan ujian akhir semester. Dan begitupun masalah menikmati senja bareng. Aku kira dia sudah tidak berminat karena tidak pernah membicarakannya lagi. Nadia.. apa benar karena masalah ini kamu semarah itu sama aku?? Nadia tolong jujur Nadia…. Akupun terlelap dengan pikiran-pikiranku dan dengan tangis sedihku.
***


Sudah tiga hari Nadia tidak masuk sekolah tanpa keterangan apapun padahal senin depan kami sudah menggadapi ujian akhir. Pihak sekolah baru meninjak lanjutinya hari ini karena memang begitulah peraturanya, akan ditindak lanjuti ke orang tua apabila dalam 3hari tidak ada keterangan apapun.
Aku sudah datang kerumahnya tapi tidak ada orang, telfon rumah tidak ada yang angkat. Hal ini benar-benar membuatku khawatir tapi Andri selalu menenangkanku “ semua akan baik-baik saja “ ucapnya.
***
Sehari setelah pihak sekolah menindak lanjuti ke orang tua Nadia, pihak sekolah mendapat kabar bahwasannya Nadia sakit dan koma dirumah sakit kota. Aku benar-benar shock mendengarnya. Aku tidak tahan membendung air mataku. Kata-kata Andri sudah tak mampu menenangkanku. Aku menangis histeris. Aku merasa karena akulah Nadia seperti ini. Aku sudah menyakitinya. Padahal dia adalah sahabat terbaikku. Dia adalah sebagian senjaku yang selalu membawa kedamaian saat aku risau. Aku telah menyia-nyiakan sahabatku. Aku sayang kamu Nadia. Maafkan aku.
Setelah aku bisa menguasai diri, aku mengajak Andri kerumah sakit. Dan sesampai disana aku langsung mendapat pelukan dan uraian air mata dari mamanya Nadia. “ tante sedih dengan kondisi Nadia. Dia benar-benar tersiksa dengan perasaannya. Dia sangat menyayangimu “ ungkap mama Nadia sambil memelukku erat dalam tangisnya. “ iya tante, Putri tahu dan Putri juga sayang sama Nadia. Nadia sahabat terbaik Putri tante. Maafkan putri tidak bisa jadi sahabat yang baik buat Nadia. Sebenarnya apa yang terjadi tante? “ tangisku pecah. Mama Nadia melepas pelukannya. Dia mengambil sebuah buku atau semacam diary dari dalam tasnya. “ baca diary ini, nanti Putri akan mengerti semuanya “ aku menatap Nadia yang terkulai lemas tak sadarkan diri dengan semua alat medis yang membuat hatiku seperti teriris melihatnya. Rasanya sakit sekali. Sesak dada ini melihatnya. Aku menerima diary itu dan mama Nadia minta aku membacanya dirumah. Sebenarnya aku masih ingin menemani Nadia tapi aku juga penasaran dengan isi diary ini.
***
Tuhan.. kenapa semuanya harus seperti ini. Aku seperti tak percaya dengan apa yang ku baca. aku baca lagi dan ku pahami lagi dan aku cerna lagi apa yang telah terjadi selama dua tahun ini. Memang terasa aneh tapi aku tak pernah berpikiran akan sejauh ini. Aku tulus mencintai Nadia sebagai sahabatku. Sebagian senjaku… Nad.. kenapa seperti ini.
Nadia cewek tomboy, baik dari segi gaya maupun tenaganya, sikapnya baik banget sama aku. Lebih dari pada saudara, tidak suka bahas cowok dan tidak pernah dekat dengan cowok, dia suka menapku, memeluk atau menciumku tiba-tiba. Tapi aku tak pernah merasa risih atau curiga karena kami sahabat jadi hal itu normal-normal saja buatku. Tapi tidak buat Nadia. Dia mencintaiku tidak selayaknya sahabat tapi pacar. Dia yang secara seksual lebih tertarik kepada sejenisnya daripada lelaki dan kita biasa menyebutnya, lesbian.
Kini timbul perasaan risih dalam hatiku tapi setelah aku pahami lagi semua yang telah terjadi, banyak hal yang dapat aku ambil untuk pelajaran hidup. Aku tidak berhak mengadili Nadia. Dia sahabatku dan aku menyayanginya sabagai sahabat. Dia juga tidak menginginkan kelainan itu tapi dia tidak bisa menghindarinya. Dia tersiksa dengan perasaan-perasaannya. Dan dia menghadapinya sendiri. Aku tetap bangga sama kamu Nad,, tapi kenapa kamu melakukan hal bodoh, mengakhri hidupmu bukanlah jalan yang terbaik.
***
Senja tak lagi seindah dulu. Tak menenangkan seperti dulu. Sebagian senjaku telah pergi. Pergi dengan sejuta mimpi dan harapan-harapannya. Setiap kali senja tiba, wajah dan kenangan-kenangan Nadia terekam kembali dalam memory ingatanku. Dan sampai kapanpun kenangan itu tak akan pernah hilang. Aku akan selalu menikmati dan melihat senja seperti aku akan selalu mengenang dan selalu merindukanmu….. Nadia.
Kini aku hanya memiliki Andri yang tetap setia mencintaiku. Kini dia menjadi kekasih sekaligus sahabatku. Mengisi kekosongan yang membuatku trauma untuk menjalin persahatan kembali.




 15 july 2010



Dear Putri….

           Maafkan perasaan yang tak lazim ini. Maaf untuk ketidakjujuran ini. Aku sangat mencintaimu Putri tulus dari lubuk hatiku terdalam. Dari pertama melihatmu hingga ajal menjemputku. Rasa ini sangat dalam untukmu. Aku mencintaimu lebih dari seorang sahabat. Tolong jangan pernah benci aku karena perasaan ini karena aku tak akan pernah tenang di alam sana. Aku benar-benar tersiksa menahan dan menyembunyikan perasaan ini. Apalagi ketika harus melihatmu mencintai orang lain, itu sangat menyakitkan.

           Kini aku akan pergi dengan perasaan ini. Akan ku bawa mati bersama mimpi dan harapanku. Aku tak sanggup lagi dengan semua ini. Melihatmu bahagia dengan orang lain sangat membuat tertekan. Semoga kita bertemu di tempat yang berbeda dalam keadaan berbeda pula. Aku selalu akan mengharapkanmu. Aku akan menunggumu di alam sana dengan kedamaian.

           Raih mimpi-mimpimu. Aku akan melihatmu dari tempatku. Melihatmu tersenyum karena mimpimu untuk kuliah di inggris dapat terwujud. Percayalah pada kemampuanmu sendiri. Kamu pasti bisa. Aku percaya itu. Selalu semangat dan tetap menjadi Putriku yang manja. Aku akan setia menunggumu.



                                                                                                Yang mencintaimu

                                                                                                                                                                                                                                                                   Nadia