Kamis, 09 Agustus 2012

Berbagi dan Ikhlas


Jika kebahagian kita bergantung apa yang kita dapat, lalu bagaimana kita bisa berbahagia ketika hidup harus berbagi. Dan hidup itu akan bermakna jika hidup kita berarti untuk orang lain. Dalam kenyataannya berbagi itu tidaklah mudah. Dalam bentuk apapun itu karena pada dasarnya manusia selalu kurang dengan apa yang Tuhan beri. Dan hal yang tak bisa dipisahkan dari membagi adalah ikhlas. Kebaikan yang sangat sulit dilakukan oleh manusia. berbagi dan ikhlas adalah hal yang jika manusia mampu untuk selalu melakukannya, niscaya rhido Tuhan selalu bersamanya.

Lalu bagaimana dengan berbagi perasaan? Seorang istri harus rela berbagi belahan jiwanya karena kecintaannya pada suami? Benarkah pengabdian seorang istri berarti harus mau berbagi?

Dilematis bagi kaum hawa. Di satu sisi mereka sepenuhnya ingin mengabdi dan menjadi istri solehah, bukankah seindah-indahnya perhiasan didunia ini adalah wanita solehah? Dan semua wanita tentu ingin menjadi perhiasan terindah itu. namun dilain sisi sifat kemanusiaannya terus berontak bahwa hatinya perih merelakan suami dengan wanita lain. Lalu pertanyaannya? Kenapa laki-laki harus  membagi cintanya? Bukankah sama, laki-laki dan wanita hanya punya satu hati dan hanya satu sisi tulang rusuk laki-laki yang hilang? Bukan keduanya yang berarti dua wanita atau lebih? Laki-laki dan perempuan sama-sama manusia yang punya perasaan sulit untuk berbagi dan ikhlas.

Lalu jika alasannya adalah untuk kebaikan perempuan itu sendiri, benarkah itu? kebaikan yang seperti apa? agama menyarankannya? Tentu, “ jika adil” sanggupkah adil? Adil dalam materi dan waktu munkin lebih mudah tapi hati???? Benarkah bisa adil membaginya?! Inikah yang namanya kodrat?? Kodrat harus rela berbagi. . . Harus mau menerima suka atau tidak, mudah atau sulit itulah takdir wanita. Menjadi kuat dengan caranya sendiri. Menjadi lemah karena begitu rapuhnya oleh ketidakadilan aturan yang dibuat manusia. Perempuan menjadi “ second human” yang selalu menjadi bayangan laki-laki. Hidup dipilih bukan memilih. Selalu kesempatan yang diperoleh tak sama. Lalu bagaimana bisa bersaing secara adil jika sempatan untuk wanita selalu setelah laki-laki.

Peraturan telah dibuat. Dari jaman jahiliyah sampai detik ini, zaman peradapan modern, wanita akan selalu seperti itu. tak ada seorang perempuanpun yang mampu mengubahnya. Budaya yang sudah mengakar dalam tanah kehidupan. satu, dua, tiga, sepuluh, seratus atau seribu wanita tak akan mampu jika hak diri mereka sendiri saja tak mampu mereka perjuangkan. Butuh sekian banyak generasi untuk sedikit saja merubah peraturan itu. perjuangan akan menjadi panjang dan akan selalu menjadi “ PR” bagi setiap wanita.

Dan untuk perempuan yang hidup saat ini, kembali pada apa yang kita yakini. Jika kalian yakin dengan berbagi kalian mampu dan bahagia, maka lakukanlah! sungguh rido Tuhan akan selalu menyertai namun jangan pernah bohongi hati nurani kalian dan jika pilihan itu adalah “tidak” maka pilihlah laki-laki yang benar-benar mencintai Allah, mengagumi dan menghargai wanita karena saat ini sungguh sulit. Semua orang hidup dalam kepura-puraan dalam sandiwara yang mereka sutradarai sendiri. Dan yang tak kalah penting jangan menjadi perempuan yang konseptif tp aplikatif. Yang terpenting adalah bukti bagaimana kita bersikap dengan teori yang kita pahami tentang keperempuan itu sendiri. Tak mudah memang menjadi yang berbeda dan melawan arus apalagi dalam kehidupan real masyarakat namun mari sedikit-demi sedikit berbenah dan menunjukkan diri bahwa kami kaum hawa mampu bersaing dan bahkan lebih dari kaum adam dengan kelebihan yang Tuhan beri.

Tingkatkan kualitasmu maka kamu akan bernilai lebih dan kamu berhak untuk dipilih oleh laki-laki terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar