Senin, 24 Juni 2013

Menunggu Pagi OST Alexandria by Peterpan/Noah

“tapi sekarang, aku udah mutusin, gak akan milih siapa-siapa, kayaknya aku lebih baik sendiri sekarang, sudahlah tak mau ditemani sakit lagi..“

apa yg terjadi
dengan hatiku
ku masih di sini
menunggu pagi

seakan letih
tak menggangguku
ku masih terjaga
menunggu pagi

ntah kapan..
malam berhenti..
teman.. aku..
masih menunggu..
pagi.. pagi..

hooooo..wooo woo..

“aku sayang kamu sejak kamu disitu sampe sekarang, kamu tuh gak tau kaya apa aku sayang sama kamu, kamu tuh gak pernah..“

“itu dia masalahnya gas, aku tuh ga pernah bener2 tau.. aku nunggu gas,, nunggu.. tapi akhirnya aku sadar satu hal.. KAMU GAK SESAYANG ITU SAMA AKU..


Banyak pilihan seperti tidak ada pilihan, membuat bingung dan akhirnya sama, sendiri.
Sendiri selalu bersahabat dengan pagi,
Dengan detak jam
Dan serpihan memori yang tanpa di minta ia menyeruak bak air mendidih menjatuhkan tutupnya
Memejamkan mata hanya akan membuatnya semakin jelas..
Dalam gelap, membuatnya semakin terang..
Aku dan pagi..
Aku dan sendiri
Aku dan mereka
Setiap nama selalu dengan cerita, Sebuah nama adalah lagu
Dengan kenangan,
Dengan tawa dan air mata
Aku masih sama saat semua orang sudah “berbeda”
Karena hatiku,
Dia memilih untuk setia
Setia pada kepasrahan, setia pada kesendirian
Karena ia percaya,
Tuhan tidak akan menelantarkan Hamba yang bertaubat dan berada dijalannya. .
Dan lihatlah.. mereka selalu kembali, Sejauh kemanapun mereka pergi
Tapi tetap saja, aku masih menunggu untuk seseorang yang bisa membawaku ke surgaNYA..
Yang entah dia siapa dan dimana. . . 
Hanya menunggu waktu yang tepat. . . .

Sabtu, 01 Juni 2013

ADA CINTA

Malam yang tak bersahabat. Awan mendung menyelimuti langit, bulan seakan bersembunyi dibalik awan dan bintang pun tak mau tampak. aku harus bersiap diri berangkat rapat sebelum hujan mengguyur atau aku takkan bisa datang rapat dan bertemu kawan-kawanku. Hujan selalu menemani kebersamaan kami. Hawa dingin menggigit kulit dan serasa tembus sampai ketulang sumsum. Rapat jam 19.00 seperti biasa dan saat aku tiba ditempat, kawan-kawanku sedang berkumpul mengusir dingin dan berdikusi sebagai penghangat.
“ assalamuaikum” sapaku
“waalaikum salam” mereka serempak menjawab
“lagi diskusi apa ne? kayaknya seru banget?” tanyaku penasaran
“seperti biasa, topic yang selalu diminati manusia normal” jawab mela
“apaan” tanyaku gak nyambung
“yah apa lagi lok bukan cinta” adi menimpali
Sekarang kami sedang kena wabah dan dengan mudah wabah itu menjangkit dan menyebar, wabah cinta. Ku lihat mata mereka, penuh semangat dan rasa bahagia. Cinta menyelimuti mereka tak terkecuali aku. Hemm.. yah.. bukankah hidup tanpa cinta bagai sayur tanpa garam? Cinta,cita dan asa dengan semua lika-likunya.
“sudah jam tujuh ne, hayo rapat dulu.. diskusinya kita lanjutin nanti saja” heri mengingatkan
Kulihat jam dihapeku, iyah sudah jam tujuh. Dan tanpa ada yang memerintah kami pun bubar dan menuju keruang rapat. Dalam rapat pun semangat cinta itu masih terasa dan membuat hangat suasana. Tanpa ada pengakuanpun aku tahu ani dan hendri saling menyukai. Entah apa lagi yang mereka tunggu atau munkin mereka belum bisa memahami perasaan masing-masing. Tak ada yang salah dengan cinta. Dia datang kapanpun,dimanapun dan kepada siapapun. Tak salah jika dalam satu komunitas ini begitu banyak cinta tercipta. Bukankah cinta ada juga karena terbiasa? Kadang tanpa disadari, benih-benih itu tumbuh dengan sendirinya karena adanya kebersamaan dan kecocokan. Kemudian bersemi dan kini tumbuh subur. Cinta ibarat sebuah anak panah. Sekali terlepas, dia akan menancap dimana saja. Tidak tanganmu atau tanganku yang mampu mematahkannya. Dia akan tetep disana, dan waktu tak akan membuatnya berkarat.
Dan aku pun tak bisa menghindarinya. Aku hidup dalam cinta yang aku simpan rapat-rapat dalam dukaku. Kadang cinta tak sepaham dengan logika.memilih waktu dan orang yang tak tepat untuk jatuh cinta. Kata orang cinta itu tak mempunyai mata tetapi semua orang mempunyai mata dan hebatnya cinta bisa butakan siapa saja. Cinta memang tak perduli rasa, semua bisa jatuh cinta.
Aku hanya bisa melihatnya. Cintai dia dari jauh dan membuat cintaku tak membuatnya sakit. Ketika dia menatapku, aku ingin mengatakan padanya untuk terus seperti itu, matanya seakan membawaku ke dunia fatamorgana dan disana hanya ada aku dan dia. Melihatnya tersenyum dan tertawa membuatku tak bisa berpaling melihatnya. Inikah cinta? Seharusnya aku tak memikirkan dia.
Mengingatnya hanya kan hadirkan cinta, memautkan hati padanya hanya kan buatku rindu
Tapi… hanya itu yang bisa aku lakukan
Karena
Ku ucapkankan sayang pada angin meski sayangku jatuh pada debu
Ku ucapkan rindu pada gerimis meski rinduku jatuh pada linangan hujan
Aku hanya ingin menyimpan rasa ini. Mencintainya dalam hati.
***
“fiaaaaaaa…” ani berteriak memanggilku
“astaufirullah… kamu membuatku kaget!” seruku sambil mengusap dada
“ha.. ha.. maaf.. nanti malam datang rapat?” ani malah tertawa tanpa rasa bersalah
“iyah.. kenapa? Kamu datang juga kan?”
“tentu. Nanti berangkat bareng yuk” ajaknya riang
“kamu kenapa? Kayaknya lagi senang banget? Hmmm hayo…” ledekku
“biasa ja deh.. masak aku keliatan lagi seneng?”
Aku hanya tersenyum sebagai jawabanku. Ani dengan segala kecantikan dan kekalemannya pun tak bisa menyembunyikan perasaannya. Aku merasakan semangat dan cinta dihatinya. Aku berharap ini akan menjadi awal yang baik untuk kedepannya.
“fia menurut kamu hendri itu bagaimana orangnya?” ani bertanya sambil tersipu malu
“hendri? Dia baik, pintar dan aku lihat sepertinya dia suka sama kamu!”
“ha??? Benarkah? Dia bilang sama kamu?” dengan mata yang berbinar dia bertanya
“tanpa dia bilangpun aku tahu an… dan aku juga tahu, kamu suka sama dia” jawabku blak-blakan
“gak ya… “ dustanya
“ya sudah lok gak… berarti aku gak usah kasih tahu kamu apa yang dia bilang ke aku” pancingku
“memangnya dia bilang apa” ani penasaran
“kamu suka gak ma dia? Lok gak suka gak usah aja soalnya jadi gak penting juga”
“tapi…. “
“kenapa? Kamu bisa bohongi aku dan semua orang tapi kamu tak bisa bohongi hati kamu sendiri”
“tapi janji kamu gak akan beri tahu siapapun… aku malu”
“tenang saja percaya padaku. Aku tahu kamu juga suka sama hendri kan?”
“’iyah….” Pipinya merona merah
***
Kekuatan cinta teramat sangat besar. cinta bisa membangkitkan semangat hidup seseorang dan karena cinta pula hidup seseorang bisa hancur.
Tiga minggu setelah pengakuan ani tentang perasaannya pada hendri dan kini mereka sudah memulai suatu hubungan. Aku tak mau jika hubungan ini dimulai dengan ketidakseriusan karena komunitas kami menjadi taruhannya. Namun selama keterbukaan dan profesionalisme dipegang teguh, aku yakin semua akan baik-baik saja. Kami tak bisa membiarkan mereka tersiksa dengan perasaan mereka karena keadaan ini. Kami tak ingin ini menjadi tak adil bagi mereka yang dilanda Asmara.
Tebarkan cinta dimanapun kita berada. Hilangkan kebencian dan kedengkian karena itu hanya akan merusak diri kita. aku ingin mereka menyadari, cinta tak pernah salah. Setelah ini, akan banyak cinta terungkap dan akan semakin banyak kebahagian. Dan itu semua akan menjadi pemicu semangat kami.
Sama seperti cinta yang mereka rasakan, cinta ini bukan dusta tapi dia berada dalam keadaan yang salah. Melihatnya, mendengar suaranya, dan merasakan dia berada disekitarku sudah cukup membuatku bahagia. Aku ingin dia tetap mencintai orang yang dia cintai. Bahagia dengannya dan mengwujudkan mimpi-mimpi yang sudah dia dan orang yang dia cintai dirajut dengan indah dan menjadi nyata. Aku ingin terus hidup dalam kesendirianku dan cinta yang tak pernah terungkap. Bukankah cinta tanpa diutarakan teteplah cinta. Cinta adalah apa yang ada dihati. Aku akan terus mencintai karena rasa ini akan memberiku sejuta rasa yang lain. Aku akan mencintainya dengan sederhana, sesederhana cintaku.

  23:47, 24 03 2011
   Halmahera

Selasa, 28 Mei 2013

SERPIHAN MEMORY

Ku rasakan kehangatan sinar matahari pagi ini. Ku hirup udara segar sepuasnya. Aku sangat menikmati perjalanan pagi ini. Aku akan menemuinya kembali. Melihatnya tersenyum dan mendengar tawa khasnya. Semakin memikirkannya, semakin aku merindukannya. Tak sabar aku ingin berjumpa dengannya. ku perhatikan bis yang aku tumpangi, tak banyak penumpang, aku memilih duduk nomer dua dari depan dan duduk dikursi untuk dua orang. Aku melihat keluar jendela, melihat hamparan sawah hijau membentang dan memperhatikan orang-orang yang mulai bekerja memulai rututitasnya. serelah merasa puas memperhatikan sekitar, aku terdiam dan  aku teringat banyak hal yang sudah terjadi dalam hidupku. Serpihan-serpihan memori yang pernah terjadi terekam kembali dalam ingatanku.
“ ya.. halo?” buru-buru ku angkat telfon yang sejak tadi berteriak minta diangkat
“ hey.. lagi apa? Apa aku mengganggumu?” suara serak dari seberang sana terdengar
“ gak kok. Ne aku dari kamar mandi makanya lama ngangkatnya. Ada apa?”
“ aku boleh minta sesuatu?” suara itu seperti bisikan namun aku mendengarnya
“ minta apa? Selama aku mampu, aku pasti mengusahakannya” jawabku penasaran
“ maukah kau mengatakan padaku jika kamu merindukanku?” pintanya
“ kenapa aku harus mengatakannya?”
“ karena saat itu juga aku akan berlari menemuimu dan aku akan memelukmu. Dan bolehkah aku mengatakankan padamu jika aku merindukanmu?”
“ tentu” kata itu keluar setelah 5menit berlalu. Entah apa yang ada dalam pikiran anak ini.
“ aku rindu kamu”
Itu adalah sebagian hal kecil yang membuatku ingin selalu didekatnya. Merasa nyaman dengan apa yang dia lakukan untukku. Seseorang yang dulu pernah ada dihatiku dan kini dia datang kembali. Dia hadir saat kini aku terluka. Saat aku butuh pegangan untuk terus melangkah menatap masa depan dengan indah. Membuat aku merasa diinginkan, membuat nafasku lebih berarti dan dia mampu membuatku tersenyum. Serpihan memory itu beralih pada kejadian yang membuatku tak bisa membendung air mataku.
 “ say.. aku dapat ikan. Liat ne!” teriakku girang. Pertama kalinya c..^^
“ aku ambil air dulu ya”
“ lah terus ikannya gimana? Tar lepas”
“ gak akan. Biarin aja dulu seperti itu”
“ cepat ya..” pintaku gak sabar
“ ni airnya. Masukkan kesini” dia memasukkan ikan yg aku dapat dalam botol aqua yg sudah dia isi air
“ hemm kayaknya tar ada yang disunat lagi ni” sindirku senang. Aku menang taruhan
“ ha.. ha.. “ dia hanya tertawa
Ku usap air mata yang tak pernah bisa aku bendung setiap kali mengingat semua kenangan saat bersamanya. Tangis menjadi pengiring perjalanan hidupku, jika orang mengatakan air mata adalah tanda kelemahan namun bagiku air mata adalah luapan rasa yang akan memberiku semangat kembali. Aku tak ingin memikirkan dia lagi. Dia hanya ada dalam mimpi burukku. Seseorang yang baru hadir dalam hidupku namun dia sudah merubah semua jalan yang sudah aku tata dengan indah. Dia adalah manusia berhati batu. Hanya akan membuang waktu , menyita pikiran dan tentu itu hanya akan menyisakan sakit. Bukankah sebentar lagi aku akan bertemu dengan orang yang akan membuatku tersenyum kembali. Aku juga ingin bahagia. Tak hanya memimpikannya tapi benar-benar merasakannya. Serpihan-serpihan kenangan itu silih berganti. Senang, sedih, canda-tawa, tangis dan amarah menyertai perjalan hidupku.
Kini aku kembali dalam dunia nyata. Dimana aku tetaplah aku. Wanita jalang. Takkan pernah masa lalu itu hilang seperti sakit  yang kurasa. Semua membekas. Bekas tak bernilai. Seandainya masih ada harapan—sekecil apa pun—untuk mengubah kenyataan, aku bersedia menggantungkan seluruh hidupku pada harapan itu. namun nasi sudah menjadi bubur.
Aku wanita jalang… yah.. aku..
Demi secuil kebahagiaan duniawi… aku sang jalang menistakan hidupku.
Menghisap madu yang sudah dimiliki kumbang lain dan membiarkan maduku membusuk karena tergoda madu yang kelihatannya lebih nikmat namun ternyata mengandung racun.
Demi zat yang membuatku ada dan demi sang pelantara lahirnya aku didunia ini
Aku sang jalang akan bangkit kembali…
 Akan aku buktikan pada dunia, aku sang jalang masih punya Tuhan. Hati ini bukan tercipta dari batu. Hati ini merasakan sakit-
Biarlah cemoh menyertai langkahku, biarlah semua memandang hina aku
Meski tertatih aku akan terus melangkah, meski perih aku akan terus menahan.
Sehebat-hebatnya seseorang dalam pandangan manusia ketika dia gagal dalam memahami hakikat dibalik segala sesuatu maka kegelapan akan menyelimutinya. Dan tunggulah.. hingga cahaya itu datang kembali jika kita menginginkannya. Cahaya itu memberi harapan dan ketenangan. Dan cahaya itu adalah Allah sang pencipta dan sang pengatur kehidupan yang Maha hebat.
Sudah hampir tiba. Tak terasa.  Aku terlalu lama dalam duniaku. Ku lihat disekitarku. Ramai. Namun entah aku merasa sepi. Bahkan para pengamen dan penjual asongan pun tak membuatku merasa terganggu dalam duniaku. Aku terus hidup dalam duniaku. Sebaiknya aku kembali dalam dunia nyata dan bersiap-siap bertemu dengan orang yang sudah menungguku. Kulirik jam dihapeku, jam 09.11. Bis masuk terminal. Aku berdiri dan bersiap turun, setelah bis berhenti, dengan cepat aku turun dan mencari sosok yang aku rindukan. Dan.. seakan dalam drama musical.. lagu dealova once terngiang dalam benakku. Seakan bernyanyi turut senang dalam pertemuan ini. Aku melihat dia.. tersenyum menungguku.. dia adalah orang yang tak akan pernah aku lupa. Aku tahu dia takkan pernah membuatku terluka lagi. Dan bahkan dia ingin lebih serius menjalani hubungan ini namun aku tahu itu tidak akan pernah munkin. Setiap kebersamaan dengannya tanpa sadar membuatku semakin mencintainya namun kisahku dengannya tak akan pernah dimulai karena kisahku dengan masa laluku takkan pernah berakhir namun dia akan  tetap selalu menjadi dealovaku.

Kau seperti nyanyian dalam hatiku yang
Memanggil rinduku padamu
kau seperti udara yang kuhela kau selalu ada

Penantian di Akhir Senja

Suatu sore, dia duduk termagu dengan buku yang dia pegang, cuma di pegang, dan matanya menatap jauh entah kemana. Aku suka adegan ini pikirku, tanpa pikir panjang aku mendekati dia perlahan dan... yah bener tebakanku, dia menjerit, mengelus dada dan terus memukulku karena telah mengagetkannya. :)
“kenapa?” tanyaku “gak apa-apa, lagi baca buku” jawabnya.
“halah masih mau ngeles, kamu tu kayak buku terbuka”
“maksudnya” minta penjelasan
“kamu itu tidak bisa menyembunyikan perasaanmu, lagi sedih, senang, bingung, terharu atau apapun itu, sangat terlihat jelas diwajahmu. Seperti ada tulisannya di jidat kamu!” sambil ku pukul dahinya
“hawduh.. jangan gitu donk.. tapi masak sih segitu jelasnya?” sambil ngelus dahinya
“kenapa?” Tanyaku lagi “ lagi galau “ jawabnya singkat
“what? Hari gini masih galau? Obat nyamuk uda banyak non, gak usah galau lama-lama” candaku
“huh.. malah guyon! Serius ini” “iya sudah, galau napa ne”

sambail menghela nafas panjang dia memulainya...
“apakah penantian akan selalu mengurangi rasa cinta? Selama proses penantian itu, sesorang bertemu dengan orang lain, tertawa dan tersenyum dengan orang lain. Hal itu pasti mengurangi rasa cinta bukan?”
“bisa.. tapi kalau seseorang itu benar-benar mencintai orang yang dia tunggu, benar-benar menginginkannya, ya hal itu tidak akan berpengaruh. Di lihat dulu seberapa besar kadar cintanya” jawabku mencoba bijak.
“tapi tidak ada alat yang bisa mengukur kadar cinta jadi aku tidak akan pernah tahu” 
“memang tidak ada tapi kita bisa melihatnya. Kesungguhan seseorang itu, bagaimana seseorang itu memperlakukan kita bahkan dalam hal terkecil yaitu tatapan”
“ah, terlalu teoritis!” pekik dia..
“kenapa? Apa ada seseorang yang menunggu kamu?”
“entahlah...” sambil menghela nafas dengan berat.
“kadar cinta itu bisa berkurang karena banyak hal, bukan hanya karena penantian. Saat seseorang tetap bersama dengan orang yang dicintainyapun, kadar cintanya bisa berkurang. Kadar cinta itu juga seperti keimanan kita atau sebaliknya, iman itu seperti kadar cinta, bersifat fluktuasi. Gak statis. Saat tertentu bisa berkurang dan disaat yang lain bisa bertambah. Yang terpenting dalam cinta itu adalah komitmen. Kalau seseorang itu sudah berkomitmen terlebih gayungpun telah tersambut, yakinlah. Semua akan baik-baik saja.”
“masalahnyaa.... aku tidak pernah memberi kepastian” aku biarkan saja mereka menunggu dan aku tahu resikonya dan benar, janji-janji mereka tinggal kata-kata terbawa arah angin dan memuai” dia pun mulai terbuka..
“berarti mereka memang tidak pantas untukmu!” jawabku “atau aku yang tidak pantas untuk mereka!” pekik dia lagi
“loh kok begitu, bukannya kamu yang tidak memberi mereka kepastian? Dan siapa yang betah lama-lama menunggu dalam ketidakpastian? Mereka juga punya kehidupan”
“yah...! maka dari itulah, aku juga mengejar kehidupanku. Sekalipun aku harus mengorbankan perasaanku terus menerus, biarlah. . aku punya keyakinan, orang terakhir yang akan menemani dan menungguku adalah orang yang pantas untukku dan akupun pantas untuk dia. Aku tidak akan mengecewakan dia, aku akan menjadi “sesuatu” untuk dia dan orang-orang yang aku cintai lainnya. Dia akan mendapatkan yang terbaik dariku. Segalanya untuk dia.”
“apakah tidak bisa seseorang menemanimu untuk mencapai impianmu?”
“tidak! Aku bisa sendiri. Aku mampu. Saat ini aku hanya butuh diriku sendiri. Aku tidak mau terlena dengan cinta. Cinta itu sering kali membuat orang terlena dan melupakan tujuannya”
“apa kamu tidak terlalu keras pada dirimu sendiri?”
“tak apa. Toh nanti setimpal dengan hasilnya. Itu sudah janji Tuhan”

Dan begitulah akhir percakapan kami. Dia begitu keras tapi saat tertentu dia begitu rapuh. Menangis seorang diri dan bahkan dia berteriak untuk menyerah dan mati. Bagaimana munkin aku meninggalkan dia dengan segala kerumitan yang dia ciptakan sendiri. Aku ingin mengatakan padanya bahwa bahu ini selalu siap menerima sandaran saat dia butuh tapi aku tak mampu untuk mengatakannya. Kata-kata itu seperti tertahan dalam kerongkongan dan masuk kembali dalam tubuh bersamaan dengan hela nafas yang panjang. Jika kau butuh cinta, berpalinglah padaku. Jika kau lelah sandarkalah dirimu padaku. Jika kau ingin menangis, tangan ini selalu siap menghapus air matamu. Kejarlah mimpimu. . bawa hatiku bersamamu dan kembalilah dengan membawa hatimu untukku. Akan aku buktikan padamu jika penantian tak akan mengurangi kadar cintaku padamu. aku akan menyimpan cinta ini, akan aku simpan rindu ini dan jika saatnya tiba, munkin dadaku sudah tak mampu untuk memendamnya lagi. Dan kamu harus siap dengan ledakannya. Aku akan menunggu. . .