Kita
berada di bawah langit yang sama, memandang bulan yg sama. Malam ini adalah
malam penuh bintang. Diantara bintang-bintang itu, aku mereka-reka, bintang
yang manakah yg sedang kau pandangi?. Malam ini kita menikmati indahnya malam
bersama, diwaktu yang sama namun tanpa suaramu tanpa hadirmu. Disana, jauh
disana kau menatap langit yang sama dan hidup dibawahnya tapi kita tak bisa
bertemu.
Ssssttt...
jangan berisik, aku menjadi tuli dg suara alam. Diamlah, rasakan angin yang tak
dapat kau lihat ini. Ia mampu membuat tubuhmu beku tapi ia juga mampu membawamu
padanya. Sssstttt.... pejamkan matamu.
Pagi.
Kenapa kau datang begitu cepat? Ia selalu datang meski aku enggan bertemu. Pagi
membawa jauh damaiku, malamku. Apa ia sedang berkonspirasi dengan waktu? Aaahh..
waktu, ia tak pernah mendengarkanku. Ia egois. Aku memintanya berhenti saat
damai namun ia menjemput pagi begitu cepat. Saat aku memintanya untuk berlari,
ia bermalas-malasan menjemur diri.
Karena kau begitu maka aku akan begini. Begini
menjadi batu. Aku tak akan merasakan apa-apa lagi. Tak perduli kau membawa pagi
atau malam, aku adalah batu. Kau tak akan menghangatkanku lagi dan kau tak akan
mampu membuatku menggigil lagi. Aku batu. Diamlah... aku batu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar