Selasa, 30 Desember 2014

BIARLAH AKU MENJADI BATU



Kita berada di bawah langit yang sama, memandang bulan yg sama. Malam ini adalah malam penuh bintang. Diantara bintang-bintang itu, aku mereka-reka, bintang yang manakah yg sedang kau pandangi?. Malam ini kita menikmati indahnya malam bersama, diwaktu yang sama namun tanpa suaramu tanpa hadirmu. Disana, jauh disana kau menatap langit yang sama dan hidup dibawahnya tapi kita tak bisa bertemu. 

Ssssttt... jangan berisik, aku menjadi tuli dg suara alam. Diamlah, rasakan angin yang tak dapat kau lihat ini. Ia mampu membuat tubuhmu beku tapi ia juga mampu membawamu padanya. Sssstttt.... pejamkan matamu.

Pagi. Kenapa kau datang begitu cepat? Ia selalu datang meski aku enggan bertemu. Pagi membawa jauh damaiku, malamku. Apa ia sedang berkonspirasi dengan waktu? Aaahh.. waktu, ia tak pernah mendengarkanku. Ia egois. Aku memintanya berhenti saat damai namun ia menjemput pagi begitu cepat. Saat aku memintanya untuk berlari, ia bermalas-malasan menjemur diri. 

Karena kau begitu maka aku akan begini. Begini menjadi batu. Aku tak akan merasakan apa-apa lagi. Tak perduli kau membawa pagi atau malam, aku adalah batu. Kau tak akan menghangatkanku lagi dan kau tak akan mampu membuatku menggigil lagi. Aku batu. Diamlah... aku batu. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar